Doniya Malik. Jordan’s past, Jordan’s present and maybe Jordan’s future.
Selama 1 tahun temenan sama Jordan, dia gak pernah yang namanya cerita
tentang masa lalunya. Padahal aku pastiii curhat waktu dulu ada masalah
sama Josh dan akhirnya putus. Haha Josh-_- that brat. Goblok banget
kenapa dulu bisa pacaran sama yang namanya Josh. Wajah aja gak
menyakinkan gitu. Ah ok forget it. Jordan cerita tentang masa lalunya
untuk pertama kali. Semua tentang masa lalunya. Dan itu Doniya Malik.
Zayn Malik’s older sister.
Doniya sama Jordan pacaran udah lama. 3 tahun lah. Bayangin bok 3 tahun.
Tapi akhirnya mereka putus. Karena Doniya selingkuh? I don’t think so.
Aku pikir Doniya bukan seorang yang kayak gitu. Entahlah, kenapa aku
bisa ngomong kayak gitu padahal aku belum pernah ketemu dia. Boro-boro
ketemu, tau orangnya aja enggak. But, he’s fragile. Sekali ‘disentuh’
dia langsung jadi butiran debu (backsound:Rumor-butiran debu) Mungkin
karena itulah dia mutusin Doniya. Selama 1 tahun ini mereka enggak ada
komunikasi sama sekali. Tapi aku berani bertaruh, he still love her.
With all of his heart.
---
“Whats your plan today?” kata Jordan sewaktu kita lagi jalan-jalan di koridor kampus.
“I told you. I have a date with Zayn.”
“And I told you too. I won’t let you go out with him.”
“Why are you so stubborn?”
“Why you always disagree with all of my opinion?”
“I asked you first.”
“What if I don’t care?”
“Jordan!”
“What?”
“He’s not Doniya!”
“Don’t. Ever. Mention. Her. Name. In. Front. Of. Me.”
“And what if I don’t care?”
“Larsen!”
“What?? He’s not DONIYA.”Aku mengulangi dan sengaja menekan kata Doniya.
“But he’s Do---whatever-her-name-is’s brother.”
“So what?” Dia terdiam.
“Listen, Jordan. He’s not her. And...have I said it before? Maybe it’s all about miscommunication. How about-¬¬-----”
“I don’t your speech.” He said and walked away.
“SERIOUSLY?!” I yelled. Dan seluruh koridor ngeliat aku. Idgaf kay. But
he just covering his ears with his hands. Pingin lempar barbel ke dia
deh serius.
Well, as you know. Mungkin kita sering bertengkar. Ngg...bukan
bertengkar, tapi saling ngambek. Tapi aku gak pernah yang namanya marah
beneran sama Jordan. Begitu sebaliknya.
---
(Outfits:
http://www.polyvore.com/cgi/set?id=54086705)
Aku mengaduk-aduk coklat panasku dengan bosan. Udah setengah jam nunggu
tapi Zayn belom datang juga. Catet nih catet, aku benci banget yang
namanya:nunggu. Eh atau akunya yang dateng kepagian ya?
“Sorry, I’m late.” Bisik seseorang di belakangku. Ketika aku menoleh
orang itu sudah berjalan ke tempat duduk persis di hadapanku. Pake
kacamata item, jaket item, pake beanie, syal, serius dia mau ketemuan
sama cewek apa mau nyamar sih?
“Seriously?” I said, raising my eyebrow.
“What?”
“Your outfits.”
“Oh sorry.” katanya, melihat sekeliling selama beberapa saat lalu melepas kacamata dan syalnya.
“Whats the purpose of that?”
“Papz. They’re everywhere.” Katanya mengangkat bahu.
“Paranoid.” Giggling.
“I’m not paranoid. But thats true. You’ll never understand. Believe
me.” Aku mengangkat bahu, menandakan bahwa aku males nglanjutin
perdebatan kecil ini. Lagi-lagi, awkward silent. Dia melihat keluar
kaca, aku mengaduk-aduk coklat panas. Masa iya sampe nanti bakal gini
terus-__- Akhirnya aku membuka percakapan.
“Do you know Doniya?”
He’s giggling.
“Of course I know. She’s my sister.”
Oya goblok-___-gak ada pertanyaan yang lebih mutu apa...
“No..I mean, umm tell me about Doniya.” Dia terlihat heran sekaligus kaget.
“Are you...lesbian?”
“No I’m not!! Of course I’m not! And thats a rude question, seriously.”
“Haha sorry. Why you’re so curious about Doniya? Do you know her?”
“No. But Jordan do know her.”
“Jordan?”
“Yep. Your sister ex boyfriend. He’s so screwed up because of her.
Everytime I mentioned her name in front of him, he always mad.”
Dia mengangguk mengerti.
“Thats why he don’t like you.”
“Pardon?”
“Actually, he won’t let me go out with you. I know it doesn’t make
sense. Ghhh he’s so stubborn.” Eh...kok malah jadi curhat gini-__-
“It does make sense. I mean, he’s you boyfriend. It makes sense if he’s jealous. I’m sorry for that.”
“What?? Boyfriend??” Fyi, nahan ngakak itu sengsara banget loh.
“He is your boyfriend, isn’t he?”
“He’s not. Haha.” Aku ketawa sendiri gak jelas. Dan Zayn cuma ngasih so-who’s-he looks.
“He’s my best friend. Best best best friend.”
“Ohhh.” Katanya. Ada nada lega disitu, atau mungkin hanya perasaanku aja ya? Duh.
“Btw, you’re so beautiful today.” He smiled.
Deg. Ini kenapa jantung lompat-lompat....Atau dia kegemukan kaliya?
Makanya dia lompat-lompat biar kurus? Tapi, bener, my heart skipped a
beat, Dear My Lord...
“Thank you.” Aku balas tersenyum. His eyes is looking in to mine. Right into mine.
“Stop doing that!”
“Doing...what?” katanya bingung.
“Stop giving me that...that look and maybe can make all of the girls in
the world fall for you, but I’m not like those girls. So its not workin
on me.” I hope I’m telling the truth. I will not falling for Zayn Malik
right?
“You mean...this?” Dia memutar bola matanya, dan melotot, dan hal-hal
bodoh yang bisa dia lakukan dengan kedua matanya. Lol I’m laughing at
his silliness. He smiled.
“So tell me about yourself, Sara.”
“What do you want to know?”
“Everything.”
“Well, it take a while. I’m just ordinary girl live in my ordinary world.”
“No. You’re special.” He said. Aku yakin sepenuhnya aku enggak salah dengar. Tapi...
“Sorry? I can’t hear you.”
He smiled. “Just forget about that.”
---
ZAYN POV
“Hey lads! Its beautiful day, isn’t it?” I said with a wide smile on my face.
“Zayn!!! I miss you already.” Niall said and hug me. Big hug.
“Niall...unnnf...I can’t....breathe.”
“Niall, he can’t breathe. Stop hugging him. I want to order pizza, do you want some?”
“Really??” kata Niall lalu membebaskanku. Well, I love you daddy Liam.
“Hows your date, Zayn?” asked Louis.
“Wonderful. Great. Amazing. And everything.” Sara pop up on my mind, and I smile.
“Let me guess...do you kiss her?”
I hit Harry’s arm with pillow.
“I’m Zayn not Harry Edward Styles. I don’t kiss a girl in my first date.”
“I’m just guessing. Haha.”
“Our Bradford-bad-boi is so in love everybody!!!” Louis shouted.
“Shut the fuck up!” I hit Louis’s chest with sofa pillow.
“Don’t swear Zayn! You’re a bad boy!”
“I’m sorry Liam. But—“ Suddenly Louis hit top of my head with his pillow. Well, pillow fights just begun.
SARA POV
“Where have you been, Sara Jessica Larsen?” kata Jordan di depan pintu flatku dengan tangan yang disilangkan di depan dada.
“Dating.” Kataku singkat dan membuka pintu flat.
“With Zayn? Great. So, you would prefer that boy than your own bestfriend.” Katanya.
Thats enough. I’m sick of this. Capek debat terus Cuma gara-gara Zayn.
Lagian apa salahnya Zayn sih? Aku mengabaikan Jordan dan duduk di sofa.
Memejamkan mata. Aku rasa dia juga ikutan duduk di sofa.
“Sara, say something.”
“Something.”
“Sara, I’m being serious now.”
Aku mendesah panjang. Kenapa dia keras kepala banget sih?
“Listen Jordan, I’m tired okay?”
“Tired of what?”
“Everything. Can you just...just give him a chance?”
Eh tunggu...kesempatan apa maksudnya...Bego bego Sara bego-__-
“Chance? What chance?” Suaranya bergetar karena menahan tawa. Shit.
Dan akhirnya Jordan ketawa ngakak-__-sialan sialan sialan. Emang apa coba yang bisa aku harapin dari Zayn? Gak ada kan?
“Laugh while you can.” I rolled my eyes. Aku menunggu sampe dia bener-bener puas tertawa.
“Well, maybe...just maybe. I will try to respect Zara.” He smirked.
What...Zara???!
---
“Doing your homework again?”
“Yep. Whats up Zayn?”
“I just wondering. Would you come to Danielle’s birthday party with me?”
“Danielle?”
“Liam’s girlfriend.”
“Oh. When?”
“This Saturday.”
“Ummm...okay.”
“Good then. Now go to sleep okay?”
“You too.”
“Yup. Take care, babe.”
Aku memutuskan telepon. Tersenyum. Well, aku sama Zayn udah deket
sekitar semingguan ini. Ya Cuma deket biasa, kadang suka jalan keluar
kalo dia gak sibuk. Telponan, chatting, skype and everything. Tapi belum
pernah ketemu sama the boys. Karena sibuknya mereka. Dan mungkin Sabtu
ini bisa ketemu mereka. Yipiiii!
---
“Its beautiful, isn’t it?” kataku memegang sebuah gaun yang menurutku
sangat cantik. Hari ini aku sama Jordan cari gaun buat besok. Trololol
aku gak punya gaun sebenernya-__- eh punya sih, tapi sudah tak layak
pakai gitu deh.
Jordan mengambil gaun itu dan menempelkannya di tubuhku.
“Its too glamour. No.” Katanya lalu mengembalikan gaun ke rak. Ghhh
udah 2 jam milih-milih tapi setiap pilihanku pasti gak disetujui sama
dia.
“You act like my Mom.” I shook my head. Jordan mengabaikanku.
“How about this one? Its simple but beautiful.” Dia menempelkan sebuah gaun di tubuhku.
“Are you sure about this?”
“Definitely. This dress is suits on you.”
“Okay. I’ll take that.”
Tiba-tiba mata Jordan berhenti di satu titik. Tepat di belakangku. Aku
mengikuti arah matanya. Dan hanya dengan jarak 2 meter, ada seorang
cewek yang sedang memilih-milih gaun. Wajahnya sangat familiar, tapi
aku yakin sekali aku belom pernah ketemu dia.
“Doniya.”
“What??”
Doniya? Jadi itu Doniya? Jordan belum mengalihkan pandangannya, malah
dia menyebut nama Doniya sekali lagi. Dan kali ini, aku yakin, cukup
terdengar oleh Doniya. Aku menoleh ke belakang dan ternyata Doniya juga
sedang menatap kami berdua. Entahlah, aku tidak bisa mengartikan arti
tatapannya.
“Oh sorry. I should go now.” Kata Jordan menyerahkan gaun kepadaku dan pergi.
“Jordan comeback here! Jordan!” aku berbisik. But he didn’t hear me and
keep walking. Mampus mana belum bayar lagi udah ditinggalin gitu aja.
Bukan, bukan soal aku gak punya uang untuk bayar, tapi...aargh pokoknya
awas aja kalo dia berani ninggalin aku sendiri dan harus pulang sendiri
nanti. Dan lari begitu saja ketika dia melihat mantan pacarnya? Gak
gentleman banget.
“Jordan! You’re an...” aku berteriak sekarang, lalu sadar kalau ini di
tempat umum, kata terakhir aku melirihkan volume suaraku. “...idiot.
Fuck.”
Sorry for bad grammar :/ I’m still learning :/
Ok guys, thanks for reading. I’m glad you like it
Btw, big thanks to my team for helping me finish this chapter.
Thanks to Novi, Shafa, Ghina, Una, Elin, Fira, Nia, Amel, Farra, Cheel, and Jessi.
Next chapter? Review from you guys means a lot.